Kain Catur (Kotak-Kotak)
Rp 22.500 /meter
- Berat : 125 g
Kain Catur Hitam-Putih umumnya dikenakan sebagai payung / tedung, kostum pelinggih Tugun Karang serta kostum oleh penari Kecak. Ciri khas dari kain khas Bali ini adalah desain kotak-kotak hitam-putih yang memiliki dua karakteristik kontradiktif yaitu Rwa dan Bhineda yang bermakna keseimbangan alam.
Kain Catur Tridatu yang memiliki tiga warna penyusun yaitu hitam, putih dan merah. Ketiga warna ini dianggap menyimbolkan ajaran Triguna, yaitu ajaran tentang tiga sifat yang memengaruhi manusia. Warna putih dianggap sebagai perlambang sifat kesucian, ketenangan dan kebijaksanaan. Warna hitam diartikan sebagai simbol Perlindungan, pemeliharaan. Sedangkan warna merah dianggap sebagai sikap berenergi dan dinamis. Ketiga warna ini juga dimaknai sebagai Dewa Tri Murti yang dilambangkan dengan warna merah sebagai simbol penciptaan atau Brahma, warna hitam menyimbolkan pemeliharaan atau Wisnu, dan warna putih melambangkan Penyucian (Peleburan) dari Siwa.
Kain poleng juga bisa digunakan untuk hal-hal yang umum tidak bersifat religi dan sakral. Selain pada objek yang sakral, kain poleng juga dapat ditemui pada benda-benda yang biasa. Hal ini bisa dijumpai saat kain poleng digunakan sebagai umbul-umbul, payung, penutup meja, hingga dekorasi untuk menghias benda-benda hotel.
Penggunaan kain poleng pada benda-benda yang tak sakral biasanya dikolaborasikan atau ditambahkan dengan motif dan corak baru, sehingga dikenal sebagai poleng anyar. Dalam kesenian tradisional Bali, kain poleng digunakan pada berbagai seni tari, seni drama dan pewayangan. Contohnya, pada pakaian atau kostum para penari Tari Kecak, kain poleng dipakai pada bagian kamen. Selain dalam seni, kain poleng biasanya dikenakan oleh para pecalang atau petugas keamanan di desa adat ketika sedang bertugas.